Berolahraga, Membantu Kesembuhan Segala Penyakit (Bagian 3)

LatihanMengurangi berat badanOlahragaPembentukan Otot

Kita telah membahas beberapa manfaat berolah raga pada bagian pertama dan kedua tulisan ini.  Pada bagian ketiga atau terakhir, kita masih akan membahas manfaat berolah raga bagi kesehatan.

 

Melawan dan Mencegah Berbagai Penyakit seperti Kanker dan Diabetes Melitus

Penelitian menunjukkan bahwa berolahraga dapat membantu memerangi penyakit kanker dan diabetes.  Berlari, berjalan, bersepeda atau berolahraga secara tim dapat berlaku sebagai obat alami guna menghindarkan diabetes mellitus type 2, dan sindroma metabolism (suatu kondisi dengan gejala-gejala meliputi terlalu banyaknya lemak di daerah pinggang, tekanan darah yang tinggi, rendahnya HDL atau kolesterol baik, tingginya trygliserid atau kolesterol jahat, atau tingginya gula darah).  Serangkaian penelitian menunjukkan bahwa berolahraga pada intensitas yang moderat selama 120 sampai 150 menit dalam seminggu dapat mengurangi factor resiko dari kondisi-kondisi tersebut,

Penelitian juga mengungkapkan bagaimana olahraga menjadi kunci dalam menurunkan resiko pada beberapa jenis kanker.  Latihan fisik yang teratur diketahui menurunkan resiko kanker payudara pada wanita sebesar 12%, dan menurunkan resiko kolon kanker baik pada pria maupun wanita sebesar 25%.  Meskipun masih dalam tahap penelitian, diduga bahwa berolah raga juga dapat menurunkan resiko terhadap kanker endometrosis dan kanker paru-paru, yaitu pada orang-orang yang melakukan latihan fisik secara teratur, dibandingkan mereka yang tidak melakukan aktivitas fisik.

 

Membantu Menyingkirkan Lemak

            Berolahraga berarti membakar kalori, dan membantu penurunan berat badan.  Berolahraga seperti berlari, juga mampu memicu bekerjanya hormone yang mengatur rasa lapar (hunger hormone).  Beberapa hal yang akan dibahas berkaitaan dengan pengurangan berat badan (weight loss), dan pengaturan berat badan (weight management).  Sebagian besar penelitian, termasuk di dalamnya penelitian pada Jurnal Psikologi Terapan (Journal of Applied Psychology) menggarisbawahi bagaimana kombinasi dari olahraga aerobik dan latihan ketahanan fisik (resistance training). Latihan dengan menggunakan beban baik menggunakan mesin ataupun manual untuk melatih otot-otot, bisa mempunyai akibat yang positif pada tingkatan lemak dan lingkar pinggang, khususnya pada kasus kelebihan berat badan.  Latihan ketahanan telah terbukti bermanfaat dalam pembentukan masa otot, mengubah komposisi tubuh dan mengurangi lemak.

Bahkan aktivitas aerobik tingkat moderat seperti berjalan, dapat membantu dalam pengurangan berat badan.  Dalam salah satu penelitian terkini yang dipublikasikan oleh London School of Economic, para peneliti menemukan bahwa berjalan cepat – yang dilakukan secara teratur- adalah sama baiknya dengan latihan di gym bagi mereka yang ingin mempertahankan berat badan idealnya.  Satu hal yang menarik, sebuah penelitian pada 50,000 pasien dalam kurun waktu antara tahun 1999 sampai 2012 menemukan bahwa mereka yang berjalan kaki secara teratur memiliki index masa dan tubuh (BMIs, body mass indexes) yang lebih rendah daripada pasien yang berolahraga dengan intensitas tinggi.

Meskipun hasil yang akan dicapai tidak (dan memang seharusnya tidak) akan segera dapat terlihat, olahraga secara teratur disertai dengan diet yang seimbang, adalah merupakan cara yang paling aman untuk menghilangkan kelebihan lemak dan mempertahankannya.  Menurut Brewer, tubuh memberikan bahan bakar untuk berolah raga dari dalam, yaitu dengan gula darah dan lemak tubuh.  Sehingga bila kita hendak mengurangi berat badan dan mengurangi kelebihan lemak, kita perlu menciptakan kondisi ‘kekurangan kalori’ (calorie deficit), yaitu kondisi dimana kita mampu membakar kalori melebihi jumah yang kita konsumsi.  Membakar sekitar 2 pounds kalori akan memerlukan sekitar 8000-9000 kalori.  Berlari marathon hanya akan membakar sekitar sepertiga dari jumlah tersebut.  Dengan menciptakan defisit harian sekitar 500 kalori dengan melakukan olahraga yang memicu peningkatan denyut jantung dan mengontrol jumlah kalori yang dikonsumsi, kita akan mampu secara bertahap mengurangi persentase jumlah lemak tubuh.

Para peneliti dari University of Western Australia juga menemukan bahwa berlari berperan pada upaya menjaga berat badan dengan mengatur nafsu makan.  Dalam suatu latihan percobaan, para pelari yang melakukan sesi dalam jangka waktu tertentu menyatakan nafsu ‘ngemil’ mereka berkurang.  Terbukti, olahraga akan menghasilkan kebiasaan yang membatasi produksi ghrelin, yaitu hormone yang berperan antara lain dalam mengatur penumpukan lemak ke dalam jaringan, dan meningkatkan nafsu makan, yang lebih dikenal dengan sebutan hormon lapar (hunger hormone)

 

Menjaga tetap Sehat dan Cemerlang

Berolahraga juga menjaga agar kita tetap sehat secara mental.  Olahraga aerobik, atau kombinasi dari aerobik dan latihan penguatan otot yang dilakukan tiga sampai lima kali dalam seminggu dengan durasi antara tigapuluh sampai enampuluh menit dapat membantu menjaga kemampuan otak untuk belajar, dan menjaga agar ‘kemampuan mempertimbangkan’ tetap sehat pula.  Sementara itu, reaksi alamiah pada otak yang terjadi saat berolahraga telah menunjukkan dapat mencegah kita dari mudah lupa, serta meningkatkan kemampuan memecahkan permasalahan.  Penelitian terkini bahkan menyatakan bahwa olahraga yang dilakukan sepanjang hidup dapat memainkan peran penting dalam melawan serangan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan proses penuaan, seperti dementia.  Beberapa penelitisn termasuk di dalamnya publikasi dari Jepang: International Journal of Sports Medicine, dan beberapa presentasi pada Konferensi International Asosiasi Alzheimer tahun 2015, menemukan bahwa baik pada latihan aerobik setiap hari dan beberapa macam latihan ketahanan fisik (resistance training), akan meningkatkan memory yang berhubungan dengan hipokampus (hippocampus), yaitu bagian dari otak besar yang berperan pada kegiatan mengingat (memori) dan navigasi ruangan.  Pada penyakit Alzheimer, hippocampus menjadi bagian otak yang pertama kali mengalami kerusakan, kesulitan mengingat dan kehilangan orientasi menjadi gejala utamanya. Kedua jenis olahraga ini berperan juga dalam memperlambat proses penurunan daya pikir (kognitif).

Sebuah penelitian dari University of Montreal mencatat bahwa orang-orang yang rajin berolah raga membentuk tubuh, akan sekaligus meningkatkan kinerja otaknya.  Penelitian ini mnyatakan bahwa kenaikan tingkat factor pertumbuhan 1 (IGF-1, atau Growth Factor 1) yang dipicu oleh latihan ketahanan fisik, membantu sel-sel saraf otak untuk tumbuh dan berumur panjang.

 

 

Foto oleh Humphrey Muleba di Unsplash

RSS
Follow by Email
Pinterest
fb-share-icon